Stay Connected

Read latest headlines in your favorite news reader
Fellow Readers
Sign up for our email news letter

PILIH WARNA YANG ANDA SUKA

Sabtu, 03 Agustus 2013

0 Ceramah Keistimewaan Orang yang Berpuasa

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Hari / Tanggal  :minggu, 4-Agustus-2013
Tempat             : Masjid Al-Amin ( Raman Utara )
Penceramah     :Bpk.hj bakir




Assalamu’alaikum Wr Wb.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang dinamakan pintu ‘al-Rayan’ yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Ditanyakan (oleh pintu tersebut): ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Maka mereka pun masuk dari pintu tersebut. Setelah semua orang yang berpuasa memasukinya, pintu itu pun ditutup dan tak akan ada lagi yang masuk melaluinya.”
(HR. Muslim, dari Sahl Ibn Sa’d).
Dalam hadis tersebut Nabi Saw menerangkan keutamaan puasa dan kedudukan orang-orang yang berpuasa di sisi Allah. Atas keikhlasan dan kesabaran mereka dalam menjalankan ibadah puasa-dengan menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu dengan sekuat tenaga, maka Allah mengistimewakan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama “Al-Rayyan”. Kata ini berasal dari bentuk infinitif al-ray yang berarti pengairan, segar, dan juga pemandangan yang indah. Nama ini sesuai dengan keadaan orang-orang puasa yang menahan dirinya dari makan dan minum. Dan dahaga inilah yang lebih dominan dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa dibanding rasa lapar.
Zain Ibnu al-Munir mengatakan:
“Rasulullah mengatakan pintu al-Rayyan ada ‘di dalam surga’ bukan mengatakan ‘bagi surga/pintu surga’, agar orang-orang merasa bahwa dalam pintu tersebut terdapat kenikmatan dan kenyamanan surgawi (kenikmatan di dalam kenikmatan). Maka hal ini akan menambah keinginan dan kerinduan kepadanya.”
Hadis di atas diriwayatkan juga oleh al-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah, dari Sa’id Ibn ‘Abdurrahman, dan yang lainnya. Dan dalam riwayat ini terdapat tambahan: “Barangsiapa yang memasukinya (memasuki pintu al-Rayyan), maka akan meminum darinya. Dan barangsiapa meminum darinya, maka tak akan dahaga selamanya”.
Hal itu merupakan penghormatan dari Allah, Sang Pemelihara Alam kepada orang-orang yang berpuasa. Juga merupakan balasan bagi mereka atas keikhlasan menjalankan ibadah. Telah dimaklumi bahwa Allah akan menanggung pahala orang-orang yang berpuasa, sebagaimana dalam sebuah hadis:
“Puasa untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.”
Pahala dan balasan Allah bagi orang-orang yang berpuasa adalah penuh, besar, dan tiada terhitung. Ada pun masuknya orang-orang yang berpuasa melalui pintu al-Rayyan ini merupakan tambahan pahala dan penghormatan semata.
Benar, surga mempunyai banyak pintu, di antaranya pintu bagi orang-orang yang taat menjalankan salat, pintu bagi orang-orang yang giat berjihad, pintu bagi orang-orang yang ikhlas berpuasa-yaitu al-Rayyan sebagaimana telah kita bicarakan, dan di antaranya ada pintu khusus bagi orang-orang yang suka bersedekah.
Dari Abi Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa memberi nafkah isterinya di jalan Allah, maka akan dipanggil dari pintu surga, ‘Wahai Hamba Allah! Ini adalah pintu kebaikan.’ Barangsiapa termasuk ahli salat, maka akan dipanggil dari pintu al-Shalah. Barangsiapa termasuk ahli jihad, maka akan dipanggil dari pintu al-Jihad. Barangsiapa termasuk ahli puasa, maka akan dipanggil dari pintu al-Rayyan. Dan barangsiapa termasuk ahli sedekah, maka akan dipanggil dari pintu al-Shadaqah. Abu Bakar lantas berkata, ‘Demi engkau dan ibuku (ummul mukminin), ya, Rasulullah! Apakah seseorang harus dipanggil dari pintu-pintu itu, dan adakah seseorang yang dipanggil dari pintu-pintu itu seluruhnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Iya. Dan aku berharap semoga engkau termasuk dari mereka.”
(HR. al-Bukhari).
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

0 Ceramah Kesalahan Orang Berpuasa

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!


Hari / Tanggal  : sabtu, 3-Agustus-2013
Tempat             : Masjid Al-Amin ( Raman Utara )
Penceramah     :Bpk hj bakir

 

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah meringankan hati kita dan memudahkan langkah kita bertemu dalam majelis ini. Semoga keselamatan dan kedamaian  tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang mulia, serta penerus  risalahnya hingga hari akhir nanti.
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Sesungguhnya setiap ibadah mempunyai dua potensi yang selalu beriringan satu sama lainnya.  Satu sisi sebuah ibadah mungkin akan menjadi ladang pahala kita yang akan kita panen di  kampung akhirat nanti. Tapi sisi lain, jika kita tidak memenuhi syarat, adab dan rukunnya bisa  jadi sebuah ibadah justru menjadi fitnah bagi kita di hari akhir nanti. Naudzu billah min dzalika ...
Contoh yang paling jelas dalam masalah ini terdapat dalam sebuah ayat yang sudah sama-sama  kita hafal bersama, dalam surat al-Maun disebutkan ancaman Allah SWT kepada orang-orang  yang shalat. Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia :
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari  salatnya” (QS Al Maun 3)
Ayat di atas begitu lugas mengingatkan pada kita bahwa sholat bisa menjadi fitnah dan ancaman di akhirat nanti saat kita menjalankan tidak sesuai aturannya.
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Lalu bagaimana dengan ibadah puasa Ramadhan kita ? Apakah ada ancaman tentang puasa  yang kita jalankan ? Sungguh setidaknya ada dua dalil yang juga mengingatkan kita dengan  gamblang tentang bahayanya orang berpuasa jika tidak memenuhi adab dan aturannya. Dalil  pertama, Rasulullah SAW telah memberikan prediksi bagaimana banyak orang yang berpuasa  tanpa hasil apapun keculai hanya lapar dahaga. Beliau bersabda dari lisannya yang mulia :
                                                                          َ    َ    َ              ْ                   َ     َ
                                                 .  رھسلا  إ ه مايق  نم ه ل  سيل  مئاق  برو ،  عوجلا  إ ه مايص  نم ه ل  سيل  مئاص  برُ ْ
“ Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali  hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan  apa-apa selain begadang saja” (HR An-NAsai)
Dalil di atas seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita dalam meniti hari-hari  Ramadhan kita, agar tidak termasuk golongan yang celaka dalam arti berpuasa tanpa pahala.  Peringatan berikutnya adalah dalam lafadz doa Jibril alaihissalam, dimana ia mendoakan  keburukan kepada mereka yang mendapati Ramadhan tapi tidak mendapat ampunan dari Allah  SWT. Diriwayatkan dalam hadits yang panjang :
“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin,  Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?”  
Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba  yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian  Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih  hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’,  maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang  tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin” (HR Ibnu Khuzaimah  dishahihkan oleh Albani )  
  
Naudzu billah tsumma naudzu billah ... ibaratnya dalam pepatah bahasa kita, sudah jatuh  tertimpa tangga. Tidak mendapatkan ampunan dalam ramadhan sudah merupakan musibah  luar biasa, belum lagi ditambah doa laknat dati Jibril alaihissalam yang diaminkan oleh  Rasulullah SAW yang mulia ..!. Semoga kita tidak termasuk dalam dua golongan yang disebutkan  dalam dua hadits yang saya sebutkan di atas.  
  
Kaum muslimin yang berbahagia ..  
Rasanya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui mengapa orang yang berpuasa bisa  mendapat kecelakaan yang sedemikian buruk semacam itu. Setidaknya ada empat kesalahan  orang berpuasa yang bisa menjerumuskan mereka dalam dosa dan kehinaan,  mari bersama  merenungkannya.   
  
Pertama : Mereka yang berpuasa tanpa keikhlasan  
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga kita : 

Innamal  a’maalu binniyaaat. Yaitu : Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya ( HR Muttafaqi Alaih).  
Maka berpuasa tanpa keikhlasan ibaratnya surat perjanjian tanpa stempel  dan materai, menjadi tidak berlaku dan sia sia begitu saja. Pertanyaannya adalah, puasa  semestinya melatih orang untuk ikhlas, karena ia merupakan ibadah antara seorang hamba dan  Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :  
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda: “Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali  puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya, (H.R.  Bukhari).  
  
Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya dalam berpuasa  karena godaan riya, harta maupun kecenderungan diri pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin  dianggap, dihargai dan dipuji orang lain sebagai orang yang berpuasa. Bisa jadi karena ewuh  pakewuh dengan mertua, atau takut dengan pimpinan di kantor, atau mungkin ingin eksis di  tengah rekan sejawat. Semua itu sungguh meluruhkan pahala puasa yang mulia.  Ada pula orang  yang  berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini lebih banyak terjadi pada anak-anak  kita yang mengidamkan hadiah dari para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu  
menyelesaikan puasa dengan sempurna. Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan  bersemangat, bukan karena kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet  dan menurunkan berat badan. Sungguh ini semua jika tidak dihapus dalam hati, akan mengotori  keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam golongan mereka yang berpuasa tanpa pahala.  
  
Kaum muslimin yang berbahagia ..  
Yang kedua adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui mana yang membatalkan dan mana yang tidak. Maka mereka menjalani puasa tanpa aturan, atau  memahami tidak dengan sepenuhnya benar. Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh  dan tanpa makna. Menyangka telah melakukan hal yang benar padahal sejatinya salah.  Dari  Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :
seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan  dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah). 
Maka marilah meningkatkan kualitas ibadah puasa kita dengan memahami sepenuhnya hukum-hukum seputarnya. Mari terus membaca, mengkaji dan bertanya, agar bisa menjalankan seluruh  rangkaian ibadahnya dengan keyakinan yang nyaris sempurna. 
  
Kaum muslimin yang berbahagia ..  
Golongan orang berpuasa yang celaka ketiga adalah merkea yang berpuasa hanya dari makan minum dan berhubungan badan semata, dan merasa bahwa dengan itu mereka sudah  memenuhi semua ketentuan dan tuntutan puasa.  Barangkali kita perlu mengingat lebih dalam  himbauan rasulullah SAW berkaitan dalam masalah ini :  
                                                     ه بارشو ه ماعط  عَدي  نأ يف ةجاح    سيلف ه ب  لمعلاو  روزلا  لوق  عَدي  مل  نم ُ
Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT  tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya”  (HR Bukhori)  
Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu dan emosinya.  Maka mereka menodai siang hari ramadhan dengan lisan yang tak terjaga dari ghibah, marah  dan berkata dusta, atau anggota badan yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.
  
Kaum muslimin yang berbahagia ..  
Yang keempat adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh kemalasan, dalam  arti tidak menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang bertaburan berkah. Mereka tidak  menyadari dan memahami bahwa Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu  ia adalah bulan musim kebaikan yang disyariatkan banyak amal kebaikan. Rasulullah SAW  bersabda tentang bulan mulia ini : 
“(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu  neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan,  sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan (  HR Ahmad)   
  
Golongan ini berpuasa tetapi tidak menjalankan tarawih, tilawah dan tadarus. Tidak pula  berusaha untuk bersedakah, memberi berbuka pada orang yang berpuasa. Atau tidak pula  menyempatkan diri untuk i’tikaf dan amal kebaikan secara umum. Mereka hanya berpuasa dan  menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan di siang hari, lalu makan pestapora di  malam hari.  
  
Akhirnya, semoga kita terhindar dari peringatan Rasulullah SAW tentang mereka yang berpuasa tapi sia-sia dalam pahalan dan keutamannya. Semoga Allah SWT menjaga kita agar tidak  terjerumus dalam empat golongan mereka yang berpuasa tapi celaka. Wallahu a’lam bisshowab

0 Ceramah Memaknai Ramadhan sebagai Syahrul Jihad

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Hari / Tanggal  : sabtu, 27-juli-2013
Tempat             : Masjid Al-Amin ( Raman Utara )
Penceramah     :Bpk. ustat Tamrin



Ramadhan disebut sebagai syahrul jihad bukanlah tanpa alasan. Sejak awal puasa diwajibkan kepada umat Islam dalam bulan Ramadhan, sejak saat itu pula aktifitas jihad banyak dicatat oleh sejarah justru menemukan kemenangannya pada bulan Ramadhan, pada saat umat Islam berpuasa, pada saat sebagian mujahidin juga berjihad dengan tetap berpuasa! Subhaanallah, Allaahu akbar!
Simaklah kembali perang Badar. Ia terjadi pada bulan Ramadhan bertepatan dengan tahun diwajibkannya puasa Ramadhan, yakni tahun 2 H. 313 pasukan Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan gemilang pertama yang diraih umat Islam ini kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan para sahabatnya bisa memenangkan peperangan? Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan Ramadhan!
6 tahun kemudian terjadi peristiwa yang jauh lebih besar dan mempesona. Inilah penaklukan paling indah dalam sejarah umat manusia. Penaklukan tanpa korban jiwa. Kemenangan besar tanpa tetesan darah! Sepuluh ribu pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah memasuki Makkah dengan tenang, menang tanpa perlawanan. Bukan hanya kemenangan secara fisik yang membuat pasukan Makkah tidak berani memberontak, tetapi juga kemenangan jiwa sehingga keimanan masuk ke jiwa-jiwa mayoritas penduduk Makkah menggantikan seluruh kekufuran dan permusuhan mereka. Maka, tak ada satupun yang membela saat 360-an berhala di sekeliling ka’bah dihancurkan. Tak ada yang meratapi atau melakukan demontrasi saat berhala-berhala itu dilenyapkan. Sebab, sesaat sebelum dilenyapkan dari masjidil haram, Allah telah melenyapkan dari hati mereka. Inilah jihad dan kemenangan besar yang juga terjadi di bulan Ramadhan.
650 tahun kemudian juga terjadi peperangan yang dikenal dengan nama Ain Jaluth. Pasukan Islam melawan pasukan Tartar. Dua tahun sebelumnya Tartar di bawah pimpinan Hulako Khan telah menyerang Baghdad. Maka, bulan-bulan berikutnya adalah masa penderitaan dan kekalahan kaum muslimin, jatuhnya Baghdad, serta terbunuhnya khalifah. Hingga akhirnya jihad dikumandangkan yang terkenal dengan sebutan Perang Ain Jaluth. Kaum muslimin berhasil menuai kemenangan atas Tartar. Dan ini juga terjadi pada bulan Ramadhan.
Masih banyak sejarah jihad yang dimenangkan kaum muslimin di bulan Ramadhan.
Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan. Pada Ramadhan tahun 53 H, umat Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa. Pada bulan Ramadhan tahun 91 H, umat Islam memasuki selatan Andalusia. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalus dengan komandan Thariq bin Ziyad.
Dan, inilah alasannya, mengapa Ramadhan juga disebut sebagai syahrul jihad.
Definisi Jihad
Syaikh Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah menjelaskan arti jihad. Secara bahasa jihad berarti: mencurahkan kesungguhan, mengerahkan kekuatan secara maksimal. Sedangkan menurut terminologi, kata jihad mempunyai makna: mengorbankan jiwa dan harta dalam rangka membela agama Allah dan melawan musuh-musuhnya.
Karenanya, mayoritas ayat dan hadits Nabi saat menggunakan kata jihad, yang dimaksud adalah penegrtian yang kedua. Meskipun ada pembagian atau macam-macam jihad yang bersumber dari hadits Nabi juga.
Keutamaan Jihad
Jihad merupakan ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa di sisi Allah SWT. Diantara keutamaan itu adalah:
Pertama, derajat yang tinggi melebihi ibadah lain.
Suatu ketika pada hari Jum’at Nu’man bin Basyir berada di sisi mimbar Rasulullah SAW. Lalu ada orang berkata, “Aku tak peduli, setelah aku masuk Islam tidaklah aku beramal melainkan memberi minum orang yang menjalankan ibadah haji,” yang lain berkata “Aku tak peduli, setelah aku masuk Islam tidaklah aku beramal melainkan memakmurkan masjidil haram.” Yang lain berkata, “Jihad membela agama Allah lebih utama dari apa yang kalian katakan”. Lalu Umar RA menegur mereka seraya berkata, “Kamu jangan berdebat mengeraskan suaramu di mimbar Rasulullah SAW.”
Setelah selesai shalat Jum’at Nu’man bin Basyir masuk ke rumah Rasulullah SAW dan minta fatwa kepada beliau. Lalu Allah SWT menurunkan ayat-Nya:

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ * الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. At-Taubah : 19-20)
Sesungguhnya, amatlah wajar jika jihad memiliki nilai lebih dari pada ibadah lain sebab jihad menggabungkan amal maaliyah dan amal nafsiyah, maka pengorbanannya sangat luar biasa, berkurangnya atau habisnya harta; resikonya juga sangat tinggi, kehilangan nyawa!
Kedua, pahala ribath (berjaga) dalam jihad lebih baik dari dunia seisinya
Rasulullah SAW bersabda:

رِبَاطُ يَوْمٍ فِى سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا
Berjaga-jaga di perbatasan satu hari membela agama Allah itu lebih baik dari pada dunia seisinya. (HR. Bukhari)
Ketiga, selamat dari api neraka
Rasulullah SAW bersabda:

مَا اغْبَرَّتْ قَدَمَا عَبْدٍ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَتَمَسَّهُ النَّارُ
Tidaklah akan disentuh oleh api neraka, dua kaki hamba yang berdebu karena membela agama Allah. (HR. Bukhari)
Keempat, Jihad dan syahid adalah cita-cita Rasulullah
Rasulullah SAW bersabda:

الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّى أُقْتَلُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ، ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ، ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ، ثُمَّ أُقْتَلُ
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku senang sekali bila aku terbunuh fi sabilillah, lalu aku dihidupkan lalu aku terbunuh lalu aku dihidupkan lagi lalu aku terbunuh, lalu aku dihidupkan lagi lalu aku terbunuh. (HR. Bukhari dan Muslim)
Itulah cita-cita Rasulullah SAW. Meskipun cita-cita syhahid itu tidak terwujud, tetapi ia tetap menjadi motivasi bagi umatnya untuk berjihad dan syahid. Dengan jihad itulah tegak izzul Islam wal muslimin, dan saat jihad hilang dari sejarah umat maka yang terjadi adalah keterhinaan dan kekalahan.
Macam-macam Jihad
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad telah mengemukakan macam-macam jihad : jihad qital (jihad perang atau jihad dengan tangan) sampai jihad bil lisan, dan antara keduanya ada berbagai jihad dalam bentuknya masing-masing. Maka, yang kemudian populer di zaman sekarang adalah 3 macam jihad sebagai berikut:
Pertama, Jihad dengan tangan.
Inilah yang paling utama. Yaitu berjihad dalam rangka membela agama Allah dengan tangan melalui perang (qital). Paling utama karena memang ia membutuhkan dua kesiapan sekaligus; harta dan jiwa. Dan inilah yang dimaksudkan oleh Allah di banyak ayat-Nya termasuk firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)
Secara tegas, penggunaan langsung kata qital dan kewajibannya ada pada firman Allah SWT:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)
Jihad model ini memiliki syarat-syarat tertentu. Ia tidak sama dengan apa yang diklaim oleh para teroris yang meledakkan bom di Indonesia; termasuk bom JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan.
Jihad qital ini saat bersifat ekspansif ia bersifat fardhu kifayah yang biasanya diwakili oleh para tentara Islam dengan diorganisir oleh daulah atau khilafah Islam. Sedangkan saat bersifat defensif, ia menjadi farlu ain bagi penduduk setempat yang diserang atau dijajah. Jika penduduk setempat tidak mampu mengusir penjajah/imperalis tersebut, maka kewajiban itu meluas kepada umat Islam di sekitarnya, demikian seterusnya sampai umat Islam mampu memenangkan peperangan. Ini mirip dengan Indonesia saat menghadapi penjajahan Belanda dan mirip pula dengan Palestina yang menghadapi penjajahan Israel sampai saat ini. Dan inilah yang membuat para ulama’ memperbolehkan bom syahid (media banyak menyebut bom bunuh diri) sebagaimana dulu para pejuang kemerdekaan Indonesia juga diperbolehkan melawan senapan Belanda dengan bambu runcing.
Jihad qital, sesuai namanya hanya boleh terjadi di wilayah perang, bukan wilayah damai sebagaimana ia juga hanya boleh dilakukan saat berhadapan dengan musuh orang-orang kafir harbi. Di sinilah letak kesalahan aksi terorisme seperti peledakan bom JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan kemarin. Andaikan aksi serupa dilakukan di Israel terhadap pasukan Israel yang menjajah Palestina, tentu akan menemukan pembenarannya, jika niatnya jihad fi sabilillah.
Kedua, Jihad dengan lisan
Membela Islam dengan sungguh-sungguh menggunakan lisan juga termasuk jihad. Bahkan jika ia dilakukan di depan penguasa yang zalim dengan cara yang tepat, ia termasuk jihad yang paling utama. Rasulullah SAW bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. (HR. Abu Dawud)
Ketiga, Jihad dengan pena
Kedudukannya juga serupa dengan jihad bil lisan. Inilah yang telah dilakukan para ulama’. Dengan kitab-kitabnya, mereka telah melakukan pembelaan sungguh-sungguh terhadap Islam. Dengan penanya, mereka telah menjaga kemuliaan Islam dan umatnya. Dengan tulisannya, mereka telah mengobati penyakit umat, melawan syubhat yang ditimbulkan orang-orang kafir dan munafik, serta mendidik umat.
Berniat Jihad mulai sekarang
Ma’asyiral muslimin hafidzakumullah,
Terakhir kalinya, marilah kita niatkan diri kita untuk berjihad membela agama Allah SWT. Kita memang belum bertemu dengan kesempatan jihad qital. Walau demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berniat mendapatkannya suatu saat nanti. Itulah yang kita tangkap dari sabda Rasulullah SAW:

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Barangsiapa yang mati dan belum berjihad dan tidak bertekad untuk berjihad, maka dia mati di atas cabang dari kemunafikan. (HR. Muslim)
Kalaupun sampai mati kita tidak mendapatkan kesempatan berjihad qital membela agama Allah, minimal kita telah memiliki niat dan tekad untuk itu. Serta kita telah berupaya melakukan jihad dalam bentuknya yang lain baik dengan lisan maupun dengan pena. Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk menanamkan komitmen ini, dan barangkali juga sangat tepat apa yang dikatakan oleh sebuah maqalah:
Jika engkau belum mampu meneteskan darah untuk Islam,
teteskanlah keringat dan air mata untuknya! (bersamadakwah)

0 Ceramah Puasa adalah Benteng

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
Hari / Tanggal  : jum'at, 2-Agustus-2013
Tempat             : Masjid Al-Amin ( Raman Utara )
Penceramah     :Bpk. Arif muryadi



Ada sebuah nasehat pendek dalam hadist yang hampir semua perawi meriwayatkannya, baik Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Imam Ahmad, Abu Dawud, maupun An-Nasa’i.


الصِّيَامُ جُنَّةٌ
Puasa adalah benteng (Muttafaq ‘alaih)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, benteng berarti dinding dari tembok (batu, tanah) untuk melindungi kota (tempat pasukan) dari serangan musuh. Bisa juga berarti tempat yang diperkuat dinding tembok dan sebagainya untuk kediaman prajurit.

Puasa sebagai benteng, sedikitnya membentengi pelakunya dari tiga hal:

1. Benteng terhadap syahwat

Dengan berpuasa, seseorang akan terbentengi dari syahwat, secara khusus dalam konotasi seksual. Sebab, lapar dan dahaga mampu menekan gejolak syahwat.

Karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpuasa.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu maka nikahlah. Sesungguhnya ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedangkan barangsiapa yang tidak mampu maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu benteng baginya (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Benteng terhadap perbuatan maksiat
Selain syahwat seksual, puasa juga menjadi benteng bagi seorang muslim dari berbagai bentuk kemaksiatan. Baik kemaksiatan tangan, kaki, mata, lisan, maupun telinga. Puasa melatih pelakunya untuk menghindari perbuatan-perbuatan maksiat yang telah diketahui mampu menghilangkan pahala puasa. Inilah penjelasannya mengapa di bulan Ramadhan suasana keshalihan masyarakat kita lebih terasa.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak keras, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq ’alaih)


2. Benteng terhadap perbuatan sia-sia

Diantara ciri orang yang beriman adalah orang yang terbentengi dari perbuatas sia-sia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya," (QS. Al Mukminun : 1-5)

Puasa menjadi benteng bagi orang yang beriman dari perbuatan sia-sia, sebab puasa yang benar menarik pelakunya untuk memenuhi waktu-waktunya dengan ibadah dan kebaikan.

Pada akhirnya, puasa yang menjadi benteng bagi orang beriman dari tiga perkara tersebut akan menjadi benteng baginya pada hari kiamat dari siksa api neraka. [Danil S]

0 ceramah 4 Langkah Menuju Surga

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!
 

Hari / Tanggal  : kamis, 1-Agustus-2013
Tempat             : Masjid Al-Amin ( Raman Utara )
Penceramah     :Bpk. Arif muryadi

 

"Wahai orang-orang yang beriman, ruku, sujud dan beribadahlah kepada Allah, dan perbuatlah kebaikan-kebaikan agar kalian beruntung" QS Al-Hajj : 77

Setelah lelah berhijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah saw beristirahat di Quba'. Bahkan beliau saw beserta sahabat sempat menidirikan sebuah masjid, walaupun saat itu masih dalam wujud sangat sederhana. Batas-batasnya adalah pohon kurma, dan sebagian atapnya dari pelepah kurma ditambah daun-daun kering. Saat ini, masjid tersebut sudah terlihat cantik dan megah yang kita kenal dengan nama Masjid Quba'.

Lebih sepekan Rasulullah saw berada di Quba', dan di sinilah awal sejarah bermula sholat Jumat pertama. Dulu pada waktu sebelum hijrah, sholat Jumat belum bisa ditunaikan karena masih berada di bawah kekuasaan Quraisy, di kota Makkah.

Usai melaksanakan sholat Jumat, Rasulullah saw berangkat dengan berjalan kaki, memasuki kota Madinah. Beliau diiringi oleh para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshor. Sementara unta Nabi saw dilepaskan dan berjalan paling depan.

"Biarkan unta itu berjalan, karena dia dalam bimbingan Allah swt," Ujar Nabi saw.

Lalu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, tahun apakah ini?, bulan apakah ini? dan hari apakah ini?

Lalu beliau saw bersabda: "Ayyuhannas Afsyus salaam, wa'ath'imuth tho'aam, wasiilul arham, washallu billaili wannaasu niyaam, tadkhulul jannata bissalaam" HR. Muslim

Artinya: Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan (kepada fakir miskin), sambungkan tali silaturrahim. Dan sholat malamlah kalian ketika manusia sedang nyenyak tidur. Engkau akan masuk syurga dengan salam (selamat).

Dalam hadits ini, Nabi saw mengungkapkan empat langkah untuk menuju syurga Allah swt:

Pertama, tebarkanlah salam. Ucapan Assalaamu’alaaikum warahmatullahi wabarakatuhu, disunnatkan bagi yang mengucapkannya, dan bagi yang mendengarnya, hukumnya wajib untuk menjawab. Ucapan salam adalah doa terhadap sesama hamba Allah swt, ucapan salam dapat memadamkan api dedam dan permusuhan, bahkan dapat memperkuat tali persaudaraan sesama kita.

Kedua, berilah makan. Sungguh banyak orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan makanan. Ada fakir miskin, anak-anak terlantar atau siapapun yang membutuhkannya. Kalaupun mengundang untuk walimahan atau syukuran, maka disunnahkan juga untuk mengundang orang-orang papa. Jangan sampai ada sebuah keluarga kepalaran, sementara tetangganya tertidur nyenyak lantaran kekenyangan.

Ketiga, menyambungkan silaturrahim. Menyambungkan kasih sayang, menyambungkan tali persaudaraan. Berkunjung, bertatap muka, berbincang-bincang agar suasana masyarakat menjadi damai dan tenteram. Dengan bersilaturrahim banyak pekerjaan-perkerjaan yang sulit bisa diselesaikan. Pesan Nabi saw, bahwa silaturrahim itu memperpanjang umur dan menambah rezeki.

Keempat, sholat malam. Ada saat-saat khusus, dimana doa kita lebih dikabulkan oleh Allah swt. Yaitu bermunajat dan berdoa di malam hari, saat-saat orang lain sedang nyenyak tidur. Kita kenal dengan istilah qiyaamul lail, mendirikan ibadah malam, dengan sholat tahajjud, berdoa dan berdzikir kepada Allah swt. Bahkan pada bulan Ramadhan ini disunnahkan sholat tarawih, membaca Al-Qur’an, istighfar dll.

Dari empat langkah menuju syurga Allah swt, ternyata tiga syaratnya,sangat terkait dengan hablun minannas dan hanya satu poin yang menyebutkan ibadah mahdhoh, hablun minallah yaitu sholat malam.

Jadi untuk memasuki surga Allah swt, dalam pemahaman hadits ini, maka hubungan kita dengan manusia harus terus diperbaiki. Kualitas hubungan dan interaksi kita dengan manusia seperti mengucapkan salam, memberi makan dan menyambung kasih sayang justru menjadi faktor besar untuk masuk surga.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

close
cbox
Blorinet education on
Add Me
Follow Me
Add and Follo Me
Add Me
Add Me
Langganan Gratis
KontesSEO